Cintaku Yang Hilang Kini Tumbuh Lagi
Semua masakkan sudah ku siapkan di meja makan, tinggal membeli es di warung sebelah. Sambil menunggu waktu berbuka, aku duduk2 di belakang rumah mengawasi keempat anakku yang sedang bermain. Mereka gemuk dan lucu2. Mereka berkejar2an, sambil sesekali tertawa, bahkan bahkan kadang menangis karena dijahili kakaknya. melihat hal itu, aku terkenang masa kecilku banyak terkekang dengan aturan2 orang tua, jarang kami bisa jajan, kalaupun itu bisa karena belas kasih orang lain. Bapakku lebih suka beli rokok dari pada untuk jajan anak2nya. Karena kami sering dimarahi, bahkan di pukul, ada juga sedikit dendam di hati ini pada ayahku. Terbesit juga penyesalan itu, kenapa kami lahir jadi anaknya? sedari kecil kami jauh dari agama, karena orang tuaku tidak bisa mengajarkannya kepada kami. Bagaimana mau mengajari jika mereka sendiri tak tahu agama? yang mereka yakini bahwa Allah ada pada mereka. Mereka adalah penganut kejawen. Aku di sekolahkan di sekolah Katholik waktu itu, itu pun atas biaya saudara ibuku.
Aku mendapatkan hidayah waktu bekerja di sebuah pabrik ,dari seorang teman yang ku kenal waktu itu .Aku mulai berjilbab dan mulai ngaji hingga seiring berjalan nya waktu ada ikhwan yang mau menikahiku. Proses pernikahan kami banyak masalah. soal calon suamiku hingga acara pernikahan yang syar’I tidak disetujui orang tuaku. Namun akhirnya berhasil juga kami menikah, meskipun mungkin orang tuaku menyimpan kekecewaan. Setelah kelahiran anakku yang pertama dan hubungan dengan ayahku membaik, aku mulai berusaha menasehatinya agar mau sholat. Sullit memang, karena pemahaman wihdatul wujud itu seakan sudah mendarah daging dihatinya.
Hampir aku putus asa, sudah sejak awal aku di cap sebagai anak yang tak berbakti. Perkataanku tak pernah di dengar. Ayahku selalu bilang orang hidup yang penting budi pekerti, hormat pada orang tua dan sebagainya….”Ayahku klo bicara tidak bisa di sela. Beliau memang pandai bicara. Bagaimanapun di jelaskan, kalau hidayah belum sampai,ya…. Begitulah. Aku harus sabar,apalagi sejak menikah aku tak lagi bisa membantu soal materi, jadi tak ada uang omongan tak di dengar…. Itu mungkin persoalannya. Aku hanya bisa mendoakan keduanya, semoga mereka mendapat hidayah Allah. Alhamdulillah adikku mau mengaji dan berjilbab, sekarang aku punya teman untuk mendakwahi orang tuaku. Walaupun belum lima waktu ia mengerjakan sholatnya.adikku sudah mulai menyukai jilbab.
Suatu hari adikku mengutarakan niatnya untuk berhenti bekerja, karena mau ke pondok. Agak marah dan kecewa juga ayahku, karena dia adikku satu2nya yang selama ini membantu ekonomi keluargaku, akhirnya setelah di jelaskan berulang kali mereka mengijinkan. Setelah keberangkatan adikku ke pondok ayahku jadi sering marah dan uring2an. Keluargaku memang tergolong ekonomi lemah. Hari ini sudah makan sudah syukur karena bapakku lebih suka membeli rokok dan pasang togel dari pada makan, Duhai bapakku bilakah engkau berubah…?
Tahun 2007 lahirlah anakku yang ke 5, keadaan keluargaku mulai ada perubahan. Alhamdulillah ayah ku tidak main judi lagi. ibuku sudah mulai tanya2 tentang sholat. Alhamdulillah hidayah itu datang pada ibuku. Beliau mulai mengerjakan sholat walaupun belum lima waktu. Beliau juga mulai membujuk ayah untuk mengerjakan sholat, tapi jawabannya malah ngawur. Dia bilang dia juga sholat tapi sholat nya lain, tak sama dengan kami……Semoga kami di beri kesabaran menghadapinya……Kami hampir putus asa, hingga suatu hari adikku datang mengabarkan kalau ayah mau sholat, beliau minta di ajari cara2 sholat. Alhamdulillah akhirnya hidayah Allah datang juga.
Rasanya aku tak sabar menunggu datangnya esok. Ingin rasanya aku pulang dan ku peluk ayahku. Allahu akbar….karena limpahan rahmatMu ya Allah, orang tua yang selama ini hatinya sekeras batu akhirnya luluh juga. Wahai ayahku….cintaku padamu yang dulu sempat luntur, kini tumbuh kembali. Aku mencintaimu karena Allah.semoga perubahan mu untuk selamanya hingga akhir hayatmu. Esok aku datanng kerumah, benar juga ayahku mau sholat. Ia minta diajari bacaan2 sholat. Namanya juga sudah tua, lidahnya kaku untuk mengucapkan ayat2 Allah. Tapi Alhamdulillah beliau mau bersabar.satu persatu ayat2 di tirukan. Rasanya aku tidak lagi menyesali jadi anakmu, bapak. Rasa sakit hati karena perlakuanmu kepada ibu dan juga saudara2 ku kini hilang. Kekecewaan yang dalam sudah terobati sudah. kini ada kebahagiaan dan kebanggaan menjadi seorang anakmu. Terima kasih Ya Allah Engkau masih berkenan memberikan hidayah untuk orang tuaku yang banyak berbuat dosa dan maksiat.
Kiriman: Ulfa istiqamah
Read more!