Perasaan, harapan, dan ibrah Atas Nikmat-Nya Kuberbagi Hikmah: September 2006 div.fullpost {display:none;}

glitter-graphics.com

Wednesday, September 27, 2006

Jodoh dan Kedewasaan Kita


Jodoh dan Kedewasaan Kita
by.Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhani

Jodoh adalah problema serius, terutama bagi para Muslimah. Kemana pun mereka melangkah, pertanyaan-pertanyaan "kreatif" tiada henti membayangi. Kapan aku menikah? Aku rindu seorang pendamping, namun siapa? Aku iri melihat wanita muda menggendong bayi, kapan giliranku dipanggil ibu? Aku jadi ragu, benarkah aku punya jodoh? Atau jangan-jangan Tuhan berlaku tidak adil? Jodoh serasa ringan diucap, tapi rumit dalam realita. Kebanyakan orang ketika berbicara soal jodoh selalu bertolak dari sebuah gambaran ideal tentang kehidupan rumah tangga. Otomatis dia lalu berpikir serius tentang kriteria calon idaman. Nah, di sinilah segala sedu-sedan pembicaraan soal jodoh itu berawal.
Pada mulanya, kriteria calon hanya menjadi 'bagian masalah', namun kemudian justru menjadi inti permasalahan itu sendiri. Di sini orang berlomba mengajukan "standardisasi"calon: wajah rupawan, berpendidikan tinggi, wawasan luas, orang tua kaya, profesi mapan, latar belakang keluarga harmonis, dan tentu saja kualitas keshalihan.Ketika ditanya, haruskah seideal itu? Jawabnya ringan,"Apa salahnya? Ikhtiar tidak apa, kan?" Memang, ada juga jawaban lain, "Saya tidak pernah menuntut. Yang penting bagi saya calon yang shalih saja." Sayangnya,jawaban itu diucapkan ketika gurat-gurat keriput mulai menghiasi wajah. Dulu ketika masih fresh, sekadar senyum pun mahal.Tidak ada satu pun dalih, bahwa peluang jodoh lebih cepat didapatkan oleh mereka yang memiliki sifat superior (serbaunggul). Memperhitungkan kriteria calon memang sesuai sunnah, namun kriteria tidak pernah menjadi penentu sulit atau mudahnya orang menikah.
Pengalaman riil di lapangan kerap kali menjungkirbalikkan prasangka-prasangka kita selamaini.Jodoh, jika direnungkan, sebenarnya lebih bergantung pada kedewasaan kita. Banyak orang merintih pilu,menghiba dalam doa, memohon kemurahan Allah, sekaligus menuntut keadilan-Nya. Namun prestasi terbaik merekahnya sebatas menuntut, tidak tampak bukti kesungguhan untuk menjemput kehidupan rumah tangga. Mereka bayangkan kehidupan rumah tangga itu indah,bahkan lebih indah dari film-film picisan ala bintang India, Sahrukh Khan. Mereka tidak memandang bahwa kehidupan keluarga adalah arena perjuangan, penuh liku dan ujian, dibutuhkan napas kesabaran panjang, kadang kegetiran mampir susul-menyusul. Mereka hanya siap menjadi raja atau ratu, tidak pernah menyiapkan diriuntuk berletih-letih membina keluarga. Kehidupan keluarga tidak berbeda dengan kehidupan individu, hanya dalam soal ujian dan beban jauh lebih berat.
Jika seseorang masih single, lalu dibuai penyakit malas dan manja, kehidupan keluarga macam apa yang dia impikan?Pendidikan, lingkungan, dan media membesarkan generasi muda kita menjadi manusia-manusia yang rapuh. Mereka sangat pakar dalam memahami sebuah gambar kehidupan yang ideal, namun lemah nyali ketika didesak untuk meraih keidealan itu dengan pengorbanan. Jika harus ideal, mereka menuntut orang lain yang menyediakannya.Adapun mereka cukup ongkang-ongkang kaki. Kesulitan itu pada akhirnya kita ciptakan sendiri, bukan dari siapa pun.Bagaimana mungkin Allah akan memberi nikmat jodoh, jika kita tidak pernah siap untuk itu? "Tidaklah Allah membebani seseorang melainkan sekadar sesuai kesanggupannya." (QS Al Baqarah, 286).
Di balikfenomena "telat nikah" sebenarnya ada bukti-bukti kasih sayang Allah SWT. Ketika sifat kedewasaan telah menjadi jiwa, jodoh itu akan datang tanpa harus dirintihkan. Kala itu hati seseorang telah bulat utuh, siap menerima realita kehidupan rumah tangga, manis atau getirnya, dengan lapang dada.Jangan pernah lagi bertanya, mana jodohku? Namun bertanyalah, sudah dewasakah aku?"
Torehkan hadist ini dalam benak :"Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan begitu pula dengan istrinya, maka Allah memperhatikan mereka dengan penuh rahmat, manakala suaminya rengkuh telapak tangan istrinya dengan mesra, berguguranlah dosa-dosa suami istri itudari sela jemarinya"(Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari AbuSa'id Alkhudzri r.a) "
kiriman: Ragil 'wong pati' Hidayat


Read more!

Wednesday, September 13, 2006

Jika Kau Jadi Istriku Nanti..ehm..ehm..


Jika Kau Jadi Istriku Nanti..ehm..ehm..
Jika seorang lelaki ingin menarik hati seorang wanita,biasanya yang ditebarkan adalah berjuta-juta katapuitis bin manis, penuh janji-janji untuk memikathati, "Jika kau menjadi istriku nanti, percayalah akusatu-satunya yang bisa membahagiakanmu, " atau "Jikakau menjadi istriku nanti, hanya dirimu di hatiku" dan"bla...bla.. .bla..." Sang wanita pun tersipu malu,hidungnya kembang kempis, sambil menundukkan kepala,"Aih...aih.. ., abang bisa aja." Onde mande, rancakbana !!!
Lidah yang biasanya kelu untuk berbicara saat bertemugebetan, tiba-tiba jadi luwes, kadang dibumbui'ancaman' hanya karena keinginan untuk mendapatkan doiseorang. Kalo ada yang coba-coba main mata ama si doi,"Jangan macem-macem lu, gue punya nih!" Amboi... belumdinikahi kok udah ngaku-ngaku miliknya dia ya? Lha,yang udah nikah aja ngerti kalo pasangannya itusebenarnya milik Allah SWT.
Emang iya sih, wanita biasanya lebih terpikat denganlelaki yang bisa menyakinkan dirinya apabila ntar udah menikah bakal selalu sayang hingga ujung waktu, serta bisa membimbingnya kelak kepada keridhoan Allah SWT. Bukan lelaki yang janji-janji mulu, tanpa berbuat yang nyata, atau lelaki yang gak berani mengajaknya menikah dengan 1001 alasan yang di buat-buat. Kalo lelaki yang datang serta mengucapkan janjinya itu adalah seseorang yang emang kita kenal taat ibadah, akhlak serta budi pekertinya laksana Rasulullah SAWatau Ali bin Abi Thalib r.a., ini sih gak perlu ditunda jawabannya, cepet-cepet kepala dianggukkan, daripada diambil orang lain, iya gak? Namun realitayang terjadi, terkadang yang datang itu justru tipe seperti Ramli, Si Raja Chatting, atau malah Arjuna, SiPencari Cinta, yang hanya mengumbar janji-janji palsu, lalu bagaimana sang wanita bisa percaya dan yakin dengan janjinya?Nah...Berarti masalahnya adalah bagaimana cara kita menjelaskan calon pasangan untuk percaya dengan kita?Pusying... pusying...
gimana caranya ya? Ih nyantai aja, semua itu telah diatur dalam syariat Islam kok, karena caranya bisa dengan proses ta'aruf. Apa sih yang harus dilakukan dalam ta'aruf? Apa iya, seperti ucapan janji-janji seperti diatas? Ta'aruf sering diartikan 'perkenalan' , kalau dihubungkan dengan pernikahan maka ta'aruf adalah proses saling mengenal antara calon laki-laki dan perempuan sebelum proses khitbah dan pernikahan.Karena itu perbincangan dalam ta'aruf menjadi sesuatu yang penting sebelum melangkah ke proses berikutnya.Pada tahapan ini setiap calon pasangan dapat saling mengukur diri, cocok gak ya dengan dirinya. Lalu, apa aja sih yang mesti diungkapkan kepada sang calon saat ta'aruf?
1. Keadaan Keluarga
Jelasin ke calon pasangan tentang anggota keluarga masing-masing, berapa jumlah sodara, anak keberapa, gimana tingkat pendidikan, pekerjaan, dll. Bukan apa-apa, siapa tahu dapat calon suami yang anak tunggal, bokap ama nyokap kaya 7 turunan, sholat dan ibadahnya bagus banget, guanteng abis, lagi kuliah diJepang (ehm), pokoknya selangit deh! Kalo ketemu tipe begini, sebelum dia atau mediatornya selesai ngomong langsung kasih kode, panggil ortu ke dalam bentar, lalu bilang "Abi, boljug tuh kaya' ginian jangan dianggurin nih. Moga-moga gak lama lagi langsung dikhitbah ya Bi, kan bisa diajak ke Jepang!" Lho? :D
2. Harapan dan Prinsip Hidup Warna kehidupan kelak ditentukan dengan visi misi suatu keluarga lho, terutama sang suami karena ia adalah qowwan dalam suatu keluarga. Sebagai pemimpinia laksana nahkoda sebuah bahtera, mau jalannya lempeng atau sradak-sruduk, itu adalah kemahirannyadalam memegang kemudi. Karena itu setiap calon pasangan kudu tau harapan dan prinsip hidup masing-masing. Misalnya nih, "Jika kau menjadi istrikunanti, harapanku semoga kita semakin dekat kepadaAllah" atau "Jika kau menjadi istriku nanti, mari bersama mewujudkan keluarga sakinah, rahmah,mawaddah." Kalo harapan dan janjinya seperti ini,kudu' diterima tuh, insya Allah janjinya disaksikanAllah SWT dan para malaikat. Jadi kalo suatu saat diagak nepatin janji, tinggal didoakan, "Ya Allah...suamiku omdo nih, janjinya gak ditepatin, coba deh sekali-kali dianya...," hush...! Gak boleh doakan suami yang gak baik lho, siapa tahu ia-nya khilaf kan?
3. Kesukaan dan Yang Tidak Disukai
Dari awal sebaiknya dijelasin apa yang disukai, atau apa yang kurang disukai, jadinya nanti pada saat telah menjalani kehidupan rumah tangga bisa saling memahami, karena toh udah dijelaskan dari awalnya. Dalam pelayaran bahtera rumah tangga butuh saling pengertian, contoh sederhananya, istri yang suka masakan pedas sekali-kali masaknya jangan terlalu pedas, karena suaminya kurang suka. Suami yang emang hobinya berantakin rumah (karena lama jadi bujangan),setelah menikah mungkin bisa belajar lebih rapi, dll. Semua ini menjadi lebih mudah dilakukan karena telah dijelaskan saat ta'aruf. Namun harus diingat, menikah itu bukan untuk merubah pasangan lho, namun juga lantas bukan bersikap seolah-olah belum menikah. Perubahan sikap dan kepribadian dalam tingkat tertentu wajar aja-kan? Dan juga hendaknya perubahan yangterjadi adalah natural, tidak saling memaksa.
4. Ketakwaan Calon Pasangan
Apa yang terpenting pada saat ta'aruf? Yang mestinya menduduki prioritas tertinggi adalah bagaimana nilai ketakwaan lelaki tersebut. Ketakwaan disini adalah ketaatan kepada Allah SWT lho, bukan nilai 'KETAKutanWAlimahAN' :D Karena apabila seorang lelaki senang, ia akan menghormati istrinya, dan jika ia tidak menyenanginya, ia tidak suka berbuat zalim kepadanya. Gimana dong caranya untuk melihat lelaki itu bertakwa atau tidak? Tanyakan kepada orang-orang yang dekat dengan dirinya, misalnya kerabat dekat, tetangga dekat, atau sahabatnya tentang ketaatannya menjalankan ketentuan pokok yang menjadi rukun Iman dan Islam dengan benar. Misalnya tentang sholat 5 waktu, puasaRamadhan, atau pula gimana sikapnya kepada tetangga atau orang yang lebih tua, dan lain-lain. Apalagi bila lelaki itu juga rajin melakukan ibadah sunnah, wah...yang begini ini nih, 'calon suami kesayangan Allah dan mertua.
'Inget lho, ta'aruf hanyalah proses mengenal, belum ada ikatan untuk kelak pasti akan menikah, kecuali kalau sudah masuk proses yang namanya khitbah. Nah kadang jadi 'penyakit' nih, karena alasan "Kan masih mauta'aruf dulu..." lalu ta'rufnya buanyak buanget,sana-sini dita'arufin. Abis itu jadi bingung sendiri,"Yang mana ya yang mau diajak nikah, kok sana-sini ada kurangnya?"Wah..., kalo nyari yang mulia seperti Khadijah, setaqwa Aisyah atau setabah Fatimah Az-Zahra,pertanyaannya apakah diri ini pun sesempurna Rasulullah SAW atau sesholeh Ali bin Abi Thalib r.a.?
Nah lho...!!!Apabila hukum pernikahan seorang laki-laki telah masukkategori wajib, dan segalanya pun telah terencana dengan matang dan baik, maka ingatlah kata-kata bijak,'jika berani menyelam ke dasar laut mengapa terusbermain di kubangan, kalau siap berperang mengapa cuma bermimpi menjadi pahlawan?'Ya akhi wa ukhti fillah,Semoga antum segera dipertemukan dengan pasangan hidup, dikumpulkan dalam kebaikan, kebahagiaan, kemesraan, canda tawa yang tak putus-putusnya mengisi rongga kehidupan rumah tangga. Kalaupun nanti ada airmata yang menetes, semoga itu adalah air mata kebahagiaan, tanda kesyukuran kepada Allah SWT karena Ia telah memberikan pasangan hidup yang selalu bersama mengharap keridhoan-Nya, aamiin allahumma aamiin.Barakallahulaka barakallahu' alaika wajama'a bainakumafii khairin.Wallahu a'lam bishowab,
sumber: Kafemuslimah


Read more!

Wednesday, September 06, 2006

Mengukur Kedalaman Cinta

MENGUKUR KEDALAMAN CINTA

Menjelang perang uhud, Abdullah bin Jahsy mengajak sahabatnya, Sa'd bin Abi Waqqash untuk berdo'a. Ajakan itu disetujui oleh Sa'd. Keduanya mulai berdo'a. Sa'd berdo'a terlebih dahulu: "Tuhanku, jika nanti aku berjumpa dengan musuhku, berilah aku musuh yang sangat perkasa. Aku berusaha membunuh dia dan dia pun berusaha membunuhku. Engkau berikan kemenangan kepadaku sehingga aku berhasil membunuhnya dan kemudian mengambil miliknya (sebagai rampasan perang)." Abdullah mengaminkannya.
Tiba giliran Abdullah berdo'a: Tuhanku, berilah aku musuh yang gagah perkasa. Aku berusaha membunuhnya, dan ia berusaha membunuhku. Kemudian ia memotong hidung dan telingaku. Kalau nanti aku bertemu dengan-Mu. Engkau akan bertanya, 'man jada'a anfaka wa udzunaka?' (Siapa yang telah memotong hidung dan telingamu?). Aku akan menjawab bahwa keduanya terpotong ketika aku berjuang di jalan-Mu dan jalan Rasulullah (fika wa fi rasulika). Dan Engkau, ya Allah akan berkata, "kamu benar!" (shadaqta).Sa'd mengaminkan do'a Abdullah tersebut. Keduanya berangkat ke medan Uhud dan do'a keduanya dikabulkan oleh Allah.
Sa'd bercerita kepada anaknya, "Duhai anakku, do'a Abdullah lebih baik daripada do'aku. Di senja hari aku lihat hidung dan telinganya tergantung pada seutas tali." Kisah ini telah melukiskan sebuah cara untuk mengukur cinta kita pada Allah. Sementara banyak orang yang berdo'a agar mendapat ini dan itu, seorang pencinta sejati akan berdo'a agar dapat bertemu dengan kekasihnya sambil membawa sesuatu yang bisa dibanggakan.
Ketika di padang mahsyar nanti Allah bertanya pada anda: "Dari mana kau peroleh hartamu di dunia?" Anda akan menjawab, "harta itu kuperoleh dengan kolusi dan korupsi, dengan memalsu kuitansi, dengan mendapat cipratan komisi." Allah bertanya lagi, "apa saja yang telah engkau lakukan di dunia?""Kuhiasi hidupku dengan dosa dan nista, tak henti-hentinya kucintai indah dan gemerlapnya dunia hingga aku dipanggil menghadap-Mu." Allah dengan murka akan menjawab, "kamu benar!"
Bandingkan dengan seorang hamba lain yang ketika di padang mahsyar berkata pada Allah: "Telah kutahan lapar dan dahaga di dunia, telah kubasahi bibirku dengan dzikir, dan telah kucurahkan waktu dan tenagaku untuk keagungan nama-Mu, telah kuhiasi malamku dengan ayat suci-Mu dan telah kuletakkan dahiku di tikar sembahyang bersujud di kaki kebesaran-Mu."Dan Allah akan menjawab, "kamu benar!" Duhai.... adakah kebahagian yang lebih dari itu; ketika seorang hamba menceritakan amal-nya dan Allah akan membenarkannya. Maukah kita pulang nanti ke kampung akherat dengan membawa amal yang bias kita banggakan? Maukah kita temui "kekasih" kita sambil membawa amalan yangakan menyenangkan-Nya?


Read more!

Monday, September 04, 2006

Titian Harapan


Titian Harapan
Ya Allah,
Aku berdoa untuk seorang perempuan, yang akan menjadi bagian dari hidupku.
Seorang yang sungguh mencintaiMU lebih dari segala sesuatu.
Seorang perempuan yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau.
Seorang perempuan yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMU.
Wajah cantik dan daya tarik fisik tidaklah penting.
Yang paling penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan haus akan Engkau
dan memiliki keinginan untuk menjadi seperti Engkau.
Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup,
sehingga hidupnya tidaklah sia-sia.
Seseorang yang memiliki hati yang bijak bukan hanya otak yang cerdas.
Seorang perempuan yang tidak hanya mencintaiku tetapi juga menghormati aku.
Seorang perempuan yang tidak hanya memujaku
tetapi dapat juga menasehati ketika aku berbuat salah.
Seorang yang mencintaiku bukan karena ketampanan tetapi karena hatiku.
Seorang perempuan yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam tiap waktu dan situasi. Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang pria ketika berada di sebelahnya.
Aku tidak meminta seorang yang sempurna,
Namun aku meminta seorang yang tidak sempurna,
sehingga aku dapat membuatnya sempurna dimataMU.
Seorang perempuan yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya.
Seorang perempuan yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya.
Seseorang yang membutuhkan senyumanku untuk mengatasi kesedihannya.
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna.
Dan aku juga meminta :>
Buatlah aku menjadi seorang perempuanyang dapat membuat aku bangga dan bahagia.
Berikan aku sebuah hati yang sungguh mencintaiMU,
sehingga aku dapat mencintainya dengan cintaMU,
bukan mencintainya dengan sekedar cintaku.
Berikanlah sifatMU yang lembut sehingga ketampananku datang dariMU bukan dari luar diriku. Berilah aku tanganMU sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya.
Berikanlah aku mataMU sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dalam dirinya
dan bukan hal buruk saja.
Berikan aku mulutMU yang penuh dengan kata-kata kebijaksanaanMU
dan pemberi semangat, sehingga aku dapat mendukungnya setiap hari.
Berikanlah aku bibirMU dan aku akan tersenyum padanya setiap pagi.
Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu,
aku berharap kami berdua dapat mengatakaan "betapa besarnya Tuhanku itu karena Engkau telah memberikan kepadaku seseorang yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna".
Aku mengetahui bahwa Engkau menginginkan kami bertemu pada waktu yang tepat dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang Kautentukan. amin


Read more!
World Web DirectoryFree Hit Counter

Free shoutbox @ ShoutMix

. Istri yang sukses adalah istri yang bisa memasuki hati suami dan menjadi teman setia; tidak untuk mencuri hidup suami, tetapi intuk memperoleh kepercayaannya. Dia harus memperlakukan suami dengan lembut dan memaafkannya persis seperti ketika memaafkan teman dekat. Istri yang sukses tidak akan membebani pasangan dengan banyak menuntut agar suami terus menemaninya. Ia tidak memperlakukan suaminya dengan sikap menantang atau mengajak duel, tetapi adalah istri yang selalu membuat suami merasa sebagai kepala rumah tangga dan memiliki keputusan yang harus ditaati.. (...Nagla Mahfudz_Mengalah untuk menang) Free  music code  indo ~ www.musik-live.net

Free Mp3 Music Player

Free Mp3 Music Player at www.musik-live.net