Perasaan, harapan, dan ibrah Atas Nikmat-Nya Kuberbagi Hikmah: Ketika Cinta Berbuah Dilema div.fullpost {display:inline;}

glitter-graphics.com

Tuesday, July 25, 2006

Ketika Cinta Berbuah Dilema


Ketika Cinta Berbuah Dilema
Suatu hari Fatimah binti Rasulullah Saw, berkata kepada Sayidina Ali, suaminya. “Wahai kekasihku, sesunguhnya aku pernah menyukai seorang pemuda ketika aku masih gadis dulu.”
“O ya,” tanggap Sayidina Ali dengan wajah sedikit memerah. “Siapakah lelaki terhormat itu, dinda?”“Lelaki itu adalah engkau, sayangku,” jawabnya sambil tersipu, membuat sayidina Ali tersenyum dan semakin mencintai isterinya. Percakapan romantis Siti Fatimah denganSayidina Ali di atas mungkin sudah menjadi hal biasa bagi para suami isteri. Tetapi tidak bagi mereka yang belum menikah. …

Percakapan-percakapan romantis yang sering ditemukan dalam buku-buku pernikahan itu sungguh sangat imajinatif bagi para lajang yang sudah merindukan pernikahan, sekaligus juga misteri, apakah ia bisa seromantis Siti Fatimah dan Sayidina Ali?Alangkah bahagianya, seorang pemuda yang sejak lama memimpikan obrolan-obrolan romantis akhirnya sampai di terminal harapan, sebuah pernikahan suci. Apa yang selama ini menjadi imajinasinya saat itu akan ia ungkapkan kepada isterinya. “Wahai kekasihku, ada satu kata yang dari dulu terpenjara di hatiku dan ingin sekalikukatakan kepadamu, aku mencintaimu.”

Tetapi, kebahagiaan ini hanya milik mereka yang telah dikaruniai kemampuan untuk mengikat perjanjian yang berat (mitsaqan ghalidha), pernikahan itu. Bagi mereka yang masih harus melajang, semuanya masih hanya mimpi yang terus menggoda. Terkadang, ada pemuda yang tidak kuat melawan godaan imajinasinya. Keinginan untuk mengungkapkan cinta itu tiba-tiba sangat besar sekali. Tetapi kepada siapa perasaan itu harusdiungkapkan ? Sementara isteri belum punya, kekasih pun tidak ada. Karena kata pacaran sudah lama dihapus dalam kamus remajanya. Tapi, dorongan itu begitu besar, begitu dahsyat. Awalnya, kuat. Sampai tibalah sebuah perjumpaan. Sebuah rapat koordinasi di organisasi kemahasiswaan atau dalam tugas kelompok dari sekolah telah mempertemukan dua pesona.

Imajinasi itu kembali menari-nari. “Nampaknya, dibalik jilbabnya yang rapi ia adalahgadis yang kuimpikan selama ini.” “Oh, ketegasannya sesuai dengan penampilannyayang kalem, dia mungkin yang kuharapkan.” Dan cinta itu hadir. Tetapi, sudahkah saatnya cinta itu diucapkan ? Padahal mengikat perjanjian yang berat belumsanggup dilakukan. Lalu apa yang harus dilakukan ketika dorongan untuk mengatakan perasaan semkain besar, teramat besar ? Hingga perjumpaan dengannya jadi begitu mengasyikkan; menerima sms-nya menjadi kebahagiaan; berbincang dengannya menjadi kenikmatan; berpisah dengannya menjadi sebuah keberatan; ketidakhadirannya adalah rasa kehilangan.

Indah… Tapi ini adalah musibah! Interaksi muslim dan muslimah yang semakin longgar telah menggiring mereka kepada dua dinding dilema yang semakin menyempit dan begitu menekan. Cinta terlanjur hadir. Meski indah tapi bermasalah. Mau menikah, persiapan belum cukup atau kondisi belum mendukung. Menunggu pernikahan, seminggu saja serasa setahun. Melepaskan dan memutuskan komunikasi, cinta terlanjur bersemi. Menjalani interaksi seperti biasa, semuanya membuat hati semakin merasa bersalah. Apa yang bisa dijadikan solusi? Jawabannya akan sangat panjang lebar jika yang dijadikan landasanadalah realita dan logika.

Tetapi, marilah kita bicara dengan nurani dan keimanan, agar semua bisa terselesaikan dengan cepat dan tuntas. Tanyakan kepada nurani tentang keimanan yang bersemayam di dalamnya? Masihkah memiliki kekuatan untuk mempertahankan Allah sebagai nomor satu dan satu-satunya? Dengan kekuatan iman, cinta kepada Allah bisa mengeliminir cintakepada seseorang yang telah menjauhkan dari keridhaan-Nya. Cinta macam apa yangmenjauhkan diri dari keridhaan Allah? Untuk apa mempertahankan cinta yang akhirnyamembuahkan benci Dzat yang sangat kita harapkan cinta-Nya ?

Tanyakan pada keimanan dan nurani, siapa yang lebih dicintai, Allah ataukah “dia”?“Qul Aamantu Billahi tsummastaqim!” (al-Hadits)
Wallahu a’lam.
[eramuslim dot com]

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

World Web DirectoryFree Hit Counter

Free shoutbox @ ShoutMix

. Istri yang sukses adalah istri yang bisa memasuki hati suami dan menjadi teman setia; tidak untuk mencuri hidup suami, tetapi intuk memperoleh kepercayaannya. Dia harus memperlakukan suami dengan lembut dan memaafkannya persis seperti ketika memaafkan teman dekat. Istri yang sukses tidak akan membebani pasangan dengan banyak menuntut agar suami terus menemaninya. Ia tidak memperlakukan suaminya dengan sikap menantang atau mengajak duel, tetapi adalah istri yang selalu membuat suami merasa sebagai kepala rumah tangga dan memiliki keputusan yang harus ditaati.. (...Nagla Mahfudz_Mengalah untuk menang) Free  music code  indo ~ www.musik-live.net

Free Mp3 Music Player

Free Mp3 Music Player at www.musik-live.net